Minggu, 15 Juni 2014
TENGOKLAH KE DALAM SEBELUM BICARA!
2 Korintus 13 : 1 - 10
Oleh : Pdt. Kristinus Unting
Bagi Anda penggemar lagu di era 80-an, pasti tahu persis penggalan lirik manis sebuah lagu sarat makna berikut ini: “Tengoklah ke dalam sebelum bicara, singkirkan debu yang masih melekat, singkirkan debu yang masih melekat…..”. Ya, kurang lebih demikianlah penggalan lagu jempolan Ebied G.Ade. Sebuah lagu yang bertutur tentang kemanusiaan kita. Hakikat diri kita. Agar kita sadar bahwa segala sesuatu yang terjadi atas diri kita tidak lepas dari tindak laku perbuatan kita. Supaya lebih bijak menyikapi dan menjalani hidup ini! Jabgablah buru-buru menyalahkan orang. Janganlah berbuat seenaknya, Janganlah lekas-lekas cari kambing hitam. Atau buru-buru menyalahkan Tuhan! Ya, tengoklah ke dalam sebelum bicara! Singkirkan dahulu sekiranya ada debu yang masih melekat pada dari sendiri terlebih dahulu! Ya, berbenah diri itu sikap terpuji!
Dalam lagu yang berbeda, namun syair yang hampir sama, sudah sejak lama Rasul Paulus pun mengingatkan Jemaat Korintus: “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!...” (ay. 5). Demikian tantangannya kepada Jemaat Korintus yang terkotak-kotak. Blok ini blok itu. Dukung ini dukung itu. Bahkan sang Rasul itu pun (Rasul Paulus) tidak lepas dari kritik mereka. Menurut mereka, Rasul Paulus itu licik, hanya cari keuntungan saja. Khotbahnya tak berbobot , tidak becus, berani kalau di belakang tapi tidak kalau berhadapan muka, dst. (bdk.psl. 11:16; psl. 12:16,19).
Oh saudara….memang ada baiknya kita tengok ke dalam sebelum bicara. Tengok ke dalam diri kita. Itu sikap bijaksana. Dari pada kita cepat-cepat menengok ke luar, ke diri orang lain, melihat kekurangan ini kekurangan itu. Kritik ini kritik itu, apalagi berbuat semaunya terhadap orang lain. Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan! Mengabaikan peri kemanusiaan, menyalahkgunakan kekuasaan, merusak alam lingkungan dalam kerakusan, dst. Karena ingatlah, Tuhan tak akan diam di atas sana! Karena Tuhan dengan caranya yang Maha Adil dan Bijaksana dapat saja membuat semacam “cambuk kecil” melewati berbagai bencana. Kutuk atau berkat dialah yang empunya. Agar kita sadar bahwa hanya Dia-lah di atas segalanya.
Oh, saudara…memang ada baiknya kita singkirkan debu yang masih melekat dalam diri kita. Itu sikap terpuji. Ketimbang cepat-cepat bicara tentang debu pada diri orang lain. Sebab, jangan-jangan debu yang sama atau malah lebih banyak pada diri kita sendiri belum kita bersihkan. Sebagai anak-anak Tuhan, kaji dan ujilah segala sesuatu secara cermat dan bijaksana. Jangan cepat ambil keputusan, ini salah itu salah. Janganlah semena-mena terhadap orang lain, tetapi sebaliknya nyatakanlah kasih, karena demikian seharusnya kita laksanakan. Karena siapalah kita ini di hadapan Tuhan, sama-sama makhluk lemah tak punya kemampuan apa-apa. Lahir ke dunia pun telanjang, kembali nanti pun telanjang tak membawa apa-apa! Karenya, kurangilah hanya ber-bla…bla..bla… tetapi perteballah iman dan taqwa, laksanakan kasih senyata-nyatanya. Karena pada akhirnya itulah yang paling berharga dan sangat menentukan! Amin!
Diambil dari : Facebook RENUNGAN IMAN GKE WIL. PALANGKA RAYA
Diposkan Oleh Admin Renungan Harian Almanak Nas GKE
Sebenarnya umat beragama non Kristiani pasti sebelum mengomentari umat Kristiani (Katolik,Protestan) akan menengok kedlm hatinya yg berhubungan dgn agama yg dianutnya. Seperti menengok apa yg ditinggalkan/diwariskan pendirinya,spt firman/sesanty yg berisi; 1). Teologi ketuhanannya dan permintaan/mewajibkan penyembahan dgn nama dan tatacara penyembahannya. 2).Nama tempat ibadah,bahkan dgn situs tempat penyembahan,contohnya yaitu agama Yahudi yg mendapat warisan berupa Tembok Ratapan yg lumayan bisa utk meratap ratap sampai bosan sendiri. Tengoklah kedalam apa yg diwariskan Yesus semasa hidupnya.
BalasHapus