Minggu, 01 September 2013
HIDUPLAH DALAM TAKUT
AKAN ALLAH
Kisah Para Rasul 9 : 19b – 31
Siapa yg
tidak kenal Saulus? Rasul yang kemudian disebut Paulus, yang memberitakan Injil
dengan berani ke seluruh negeri. Semenjak pertobatannya di tengah jalan menuju
Damsyik, ia menjadi pejuang iman yang luar biasa. Namun kepopuleran Saulus
tersebut yang diketahui hingga saat ini dimulai dengan tantangan yang luar
biasa: hujatan, cemoohan, hinaan, penolakan, bahkan usaha2 pembunuhan terhadap
dirinya.
1. Pertobatan
dikerjakan oleh Allah.
Saudara, apa
yang dikerjakan oleh Saulus seperti yang ditulis Lukas dalam Kis merupakan
tindak lanjut dari pertobatan Saulus. Pada perikop sebelumnya kita membaca
bahwa dengan kuasaNya Allah telah membawa Saulus kepada pertobatan yang sungguh
bahkan dipilih Allah menjadi alat pilihan bagiNya (Kis. 9:15). Saulus menjadi
alat Tuhan yang dengan penuh keberanian memberitakan Injil ke pelosok negeri.
Catatan-catatan tentang Saulus dan surat-surat yang dibuatnya member teladan
iman kepada kita hingga saat ini. Tampaklah bahwa Tuhan mengerjakan segala
sesuatu dengan berbagai cara untuk kemuliaan namaNya. Pertobatan Saulus adalah
contoh yang jelas bagi kita, bahwa Allah senantiasa mengasihi manusia, sekalipun
jahat di mata manusia (baca: orang Kristen masa itu), namun Allah mampu
mengubah hidup seseorang dan menjadi alat yang luar biasa bagiNya untuk
memberitakan Injil keselamatan yg telah dikerjakan Allah di dalam Yesus
Kristus. Dari sini kita melihat bahwa pekerjaan Allah sungguh luar biasa. Beri
kemuliaan bagi nama Tuhan!
2. Pertobatan
dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Namun,
pertobatan yang dikerjakan Allah haruslah direspon oleh manusia sebagai pribadi
yang hendak tunduk kepada kehendak Allah. Allah menghendaki respon dari manusia
atas pertobatan yang Ia kerjakan. Allah tidak menghendaki jika manusia itu
menjadi robot, yang tidak memiliki pilihan hidup. Sama halnya pertobatan harus
direspon manusia dengan sikap dan tindakan kongkretnya. Jika pertobatan hanya
diucapkan di mulut, itu menajdi sia-sia saja. Saulus, sebagai teladan yang
nyata dalam nas hari ini, memberikan dirinya seutuhnya untuk pekerjaan
pekabaran Injil. Dan ia menepati janjinya untuk menjadi pejuang iman sampai
akhir hidupnya. Kita, seperti Saulus adalah para pejuang iman, yang membuktikan
bahwa kita, di dalam Yesus Kristus, bertobat dengan sungguh-sungguh dan telah
dibaharui, dikuduskan, dan dibaptis dengan Roh Kudus, untuk mengerjakan
perintah Allah seutuhnya dalam hidup kita. Pertobatan yang sungguh merupakan
usaha terus menerus tanpa henti hingga akhir hayat kita. Kita mengaku iman kita
kepada Yesus tidak hanya di masa suka tetapi juga di masa duka. Artinya di
dalam seluruh kehidupan kita. Saulus telah melakukannya.
3. Menjadi
saudara yang menerima.
Akhirnya,
sebuah pelajaran berharga kepada kita hari ini, bagaimana kita menunjukkan
pertobatan yang sungguh dan terus menerus itu secara kongkret. Kita telah
membaca bahwa banyak orang Kristen yang membenci Saulus karena ia menganiaya
orang Kristen. Demikian juga banyak orang Yahudi yang membenci Saulus karena ia
membelot menjadi pejuang Kristus yang luar biasa. Banyak orang Kristen yang
takut dan beranggapan buruk kepada Saulus bahwa ia mendekati orang Kristen
hanya untuk mengelabui orang Kristen dan menangkap dan memenjarakan mereka.
Kita seringkali beranggapan yang demikian dengan orang di sekeliling kita. Kita
seringkali membandingkan diri kita lah yang terbaik dan orang lain bukan
apa2nya. Kita bahkan tidak memberikan ruang kepada orang lain untuk bertobat
dan melakukan tindak lanjut pertobatannya untuk hidup sungguh-sungguh dan takut
akan Tuhan. Kita membenci dan menjauhkan diri kepada orang yang kita anggap
jahat dan tidak baik kepada kita. Padahal kita tidak tahu apa yang menjadi
pergumulan hidupnya. Mari kita belajar dari satu sosok dalam nas kita ini:
Barnabas. Dialah yang menerima Saulus dengan tulus, bersedia menjadi temannya,
dan mendampingi Saulus menghadap para rasul. Barnabas menjadi saudara yang
menerima keberadaan orang lain dengan tulus, tanpa melihat apa dan bagaimana
orang itu. Bahkan ia meyakinkan para rasul bahwa Saulus telah benar-benar
bertobat. Dengan sosok Barnabas ini kita belajar tentang cara berpikir positif
dan menerima orang lain dengan tulus. Jika kita mempunyai sikap demikian,
niscaya semua orang merasakan kedamaian di dalam persaudaran Kristen. Saling
menerima, saling menguatkan dan menolong, bersama-sama membangun iman jemaat
untuk hidup dalam takut akan Tuhan. Amin.
Khotbah
Minggu GKE
Diposkan oleh
Admin Renungan Harian Almanak Nas GKE
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan/komentar selesai berkunjung di Renungan Harian Almanak Nas GKE ini.