Minggu, 29 September 2013
BAGAI DOMBA DI TENGAH SERIGALA
Matius 10:16-33
Oleh : Pdt.Kristinus Unting, M.Div
Menjadi
pengikut Kristus bukanlah suatu perkara gampang. Yesus sendiri
mengatakan: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah
serigala…” Ujian seringkali mewarnai perjalanan hidup kita dengan
berbagai bentuk. Bisa jadi lewat godaan dunia yang membuat kita
berkompromi dengan dosa. Atau bisa juga dengan memaksa kita untuk
memilih tetap setia kepada Tuhan, tetapi dengan konsekuensi dikucilkan.
Di
jaman yang penuh dengan kepura-puraan ini, jika tidak pintar dan
cerdik, maka kita akan mudah menjadi korban. Menjadi korban kepalsuan!
Ya, menjadi korban intrik-intrik busuk berbagai bentuk penipuan,
intimidasi, sumpah palsu dari berbagai macam janji gombal, hingga korban
kekerasan. Tidak tanggung-tanggung, nyawa pun menjadi taruhan!
Motif-motif busuk mengatasnamakan kebaikan, demi rakyat, demi negara,
demi ini dan itu, bahkan malah mengatasnakan demi membela kebenaran
agama dengan sangat mudah dijumpai. Seakan lebih gampang ditemui
daripada pisang goreng. Sedangkan yang benar-benar baik, tulus, dan
setia? Oh, mungkin Anda harus mengarungi tujuh samudera terlebih dahulu
untuk menemukannya. Karena hal demikian rupanya sudah semakin menjadi
barang langka!
Di
dalam keadaan seperti ini apa yang seharusnya kita lakukan? Yesus
menegaskan: “….. sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus
seperti merpati.” (ay. 16). Saudara, pernahkah kita berpikir, kenapa
Yesus memberikan semacam jalan keluar yang begitu unik dan terkesan
gampang, tak seimbang? Bukankah yang kita hadapi adalah kawanan serigala
ganas yang tak kenal ampun dan tak pernah berbelas kasihan?
Kenapa
harus seperti ular? Kenapa harus bersikap seperti merpati? Bukankah
yang lebih rasional itu menyamar seperti serigala supaya aman? Atau
menjadi serigala sekalian biar seimbang? Apa sih keistimewaan ular atau
merpati jika dibandingkan dengan serigala? Bukankah ular itu sering
berkonotasi negativ? Bukankah ular melambangkan sifat pengkhianat,
jahat, pemberontak, penipu, sombong = semua sifat yang dimiliki Setan?
Oh, saudara….. tunggu dulu. Perlu difahami secara cermat! Perhatikan dan
baca berulang-ulang kata “MENJADI CERDIK” seperti ular. Bukan “MENJADI
LICIK” seperti ular. Jadi ada batasannya. Bukan semua sifat ular yang
harus kita tiru! Kita diminta untuk “cerdik” seperti ular!
Dalam
Kejadian 3:1 dikatakan: “Adapun ular ialah yang paling cerdik dari
segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah.” Ular mampu
berganti kulit secara periodik, hal ini memungkinkannya untuk melepaskan
diri dari parasit-parasit yang menempel pada kulitnya. Karena kemampuan
renewal inilah, ia dijadikan lambang kesehatan. Ada satu lagi
keistimewaan ular. Apa itu? Ular adalah binatang yang tidak mudah untuk
dijebak. Cerdik seperti ular artinya tidak mudah terbujuk sama halnya
seperti ular, tidak mudah untuk terjebak. Dan yang tidak kalah penting,
ular punya keistimewaan khusus lainnya, karena ketika ia tidak dapat
melarikan diri dari jebakan musuhnya, setidak- tidaknya ia
mempertahankan kepalanya bebas dari kesakitan, sementara merelakan sisa
tubuhnya menderita. Oleh karena itu, para murid Kristus, yang mempunyai
Kristus sebagai kepala mereka, harus mempertahankan iman mereka,
meskipun kehilangan apapun yang lain.
Lalu
tentang “Tulus seperti merpati”? Saudara, meskipun merpati adalah salah
satu keluarga burung (avian family), ia tidak seperti burung-burung
lainya, ia tidak memiliki sumber kepahitan didalam dirinya. Karena
merpati tidak memiliki empedu. Karenanya tidak berlebihan bila burung
menjadi lambang Roh Kudus. Kedua sifat ini harus menjadi satu, tidak
boleh berdiri sendiri-sendiri. Karena kalau kita hanya cerdik tapi tidak
tulus itu namanya licik, dan kalau kita hanya tulus tapi tidak cerdik
itu namanya kekonyolan!
Bagaimana
dengan Anda dan saya? Apakah rela bertahan demi iman kepada Yesus atau
sebaliknya? Atau rela menukarkan Yesus separoh harga demi sang pujaan
hati walau tak seiman? Atau rela menukarkan Yesus dengan yang lain demi
keamanan? Demi kemudahan atau jabatan? Soren Kierkegaard mengatakan: ”
Let us win our battle, but remember that not every battle is worth
fighting for”. Untuk memenangkan pertarungan melawan apapun, kita harus
bertarung dengan penuh semangat kebaikan, tapi kecerdikan dan kepintaran
menjadi senjata utama kita mengalahkan musuh kejahatan.
Yesus
tidak mengharapkan kita menjadi domba yang lemah. Sebagai anak-anak
Tuhan kita harus memiliki hati dan motivasi yang murni. Untuk dapat
menjalani kehidupan yang penuh tantangan ini kita harus memiliki hikmat
Allah. Seperti kata Tuhan Yesus, kita harus cerdik seperti ular dan
tulus seperti merpati. Anak Tuhan yang sejati semestinya selalu waspada,
sebab orang yang mempunyai kewaspadaan tinggi maka ia mempunyai
kemampuan membedakan antara kebenaran dan kepalsuan. Waspadalah seperti
ular agar tidak mudah dikelabui oleh tipuan-tipuan dunia ini. Tuluslah
seperti merpati supaya hati kita tetap lurus di hadapan Tuhan. Amin!
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan/komentar selesai berkunjung di Renungan Harian Almanak Nas GKE ini.