Renungan Harian GKE ini menjadi berkat untuk Jemaat GKE dimana saja.

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 6 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 7 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 8 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 25 Oktober 2013

Bertobat Lebih Baik Dari Mempersembahkan Korban

Jumat, 25 Oktober 2013
BERTOBAT LEBIH BAIK DARI MEMPERSEMBAHKAN KORBAN
Yesaya 1:10-20

Suatu ketika ada seorang hamba Tuhan yang mengkhotbahkan nas tersebut diatas. Lalu setelah selesai kebaktian salah seorang anggota jemaat bertanya: Pak, sepertinya nas firman Tuhan hari ini sepertinya "Kontradiktif". Disatu sisi Allah kita adalah Allah yang sangat mengasihi dan panjang sabar, biarpun dosa kita merah seperti kirmizi akan diputihkan seperti salju. Tetapi disisi lain, Dia sepertinya sangat pemarah. Sampai Dia berkata: Dia benci dan jijik melihat persembahan umatNya. Apakah Allah kita itu Allah yang tidak stabil ? Apakah Allah kita hari ini menyatakan kasihNya, lalu besok meledak-ledak amarahNya ? Mengapa Allah menolak kita dan tidak mau mendengarkan doa-doa kita ? (Yesaya 1:12-15)

Dalam renungan hari ini, marilah kita bersama-sama mempelajari mengapa Allah bisa marah dalam keseluruhan konteks nas dalam kitab Yesaya 1:10-20.

Pertama. Sebab ada orang yang sudah diberkati Tuhan, tetapi tidak mau menguduskan dirinya dan lupa Tuhan. Dunia yang sedang kita jalani ini, cenderung sedang berkembang kearah keadaan pada zaman manusia di kota Sodom dan Gomora. (2 Timotius 3:1-9)

Dimana negerinya subur, hidup mereka makmur, sejahtera dan banyak diberkati Tuhan, sudah banyak melihat dan mengalami mujizat Tuhan; tetapi hidup mereka masih saja bergelimang dosa, mengabaikan semua perintah Tuhan yaitu penuh keduniawian, mementingkan diri sendiri, berbuat jahat seorang terhadap yang lain, kesombongan, percabulan, perzinahan dan persetubuhan yang tidak wajar antar sesama jenis. Inilah alasannya mengapa Tuhan dapat marah, karena kita tidak dapat bersyukur dan menghargai kebaikan hati Tuhan.

Kedua. Jika kita memberikan persembahan dan berkorban materi, tetapi tidak disertai dengan hati yang rela dan tulus (Yesaya 1:13)

Manusia melihat/menilai seseorang dari yang terlihat oleh matanya, tetapi Tuhan melihat hatinya. (1 Samuel 16:7) Ingat! Allah lebih membutuhkan hati yang tulus daripada korban. Ada banyak pekerjaan Tuhan yang bermasalah, disebabkan oleh karena ada banyaknya orang kristen yang berkorban waktu, tenaga, uang; tetapi hatinya belum dipersembahkan secara rela dan tulus kepada Tuhan.

Ketiga. Apabila seseorang sudah diselamatkan, tetapi ia tidak berusaha untuk belajar berbuat baik, memperhatikan kepentingan orang lain, bertindak adil dan membela yang benar. Dalam kitab Yesaya 1:17 dikatakan : Belajarlah berbuat baik, berarti "untuk berbuat baik", kita harus belajar. Karena itu, mulailah belajar melakukan perbuatan baik sedikit demi sedikit setiap hari, sehingga lama kelamaan hal itu akan menjadi suatu kebiasaan bagi kita dalam berbuat baik terhadap sesama.

Keempat. Apabila kita melawan dan memberontak kepada Tuhan. Tidak sedikit orang bersyukur kepada Tuhan, kalau hidupnya diberkati dan hidupnya baik-baik saja. Tetapi ketika misalnya Tuhan menegor mereka dan mau membersihkan mereka dari kotoran duniawi yang melekat pada hati dan pikiran mereka melalui sebuah persoalan/masalah, maka iman mereka mulai mundur, ngambek, bersungut-sungut dan memberontak pada Tuhan. (Yesaya 1:20)

Ingat, ada satu hal yang harus kita jaga yaitu janganlah melawan dan memberontak terhadap Tuhan. Apapun keadaan dan situasi kita, tetaplah bersyukur kepadaNya, percaya dan berserah sepenuhnya kepada Tuhan dan tetaplah hidup taat dan setia sesuai firman Tuhan, maka hidup kita akan sejahtera, berkecukupan dalam segala sesuatu dan berkelimpahan dalam kebajikkan.(Yesaya 1:19)

Doa kami : Ampunilah kami ya Tuhan Yesus, kalau kami sering tidak puas, mengomel, memberontak dan meragukan kebaikanMu dalam hidup ini. Amin

Sumber : http://pdairhidup.blogspot.com/2012/08/renungan-10-agustus-2012.html
Diposkan Oleh Admin Renungan Harian Almanak Nas GKE

Minggu, 20 Oktober 2013

Gereja : Mutu Rombeng Harga Selangit!!

Minggu, 20 Oktober 2013
GEREJA: MUTU ROMBENG HARGA SELANGIT?!
Filipi 4:2-9
Oleh: Pdt.Kristinus Unting, M.Div

Saya tidak tahu andai kata suatu saat anda ditawarkan sebuah barang dengan mutu rombeng tapi dengan harga yang selangit. Harga sama, bahkan lebih mahal dari barang berkualitas. Anda berminat? Oh…oh…oh…! Bukankah yang rasional pada umumnya bahwa yang rombeng, barang bekas, lebih murah dari yang berkualitas? Bukankah wajar bila yang berkualitas lebih mahal dari yang rombeng? Dapatkah anda bayangkan bila orang berkelas, koq memakai baran rombeng? Gengsi dong? Di sisi lain, demikian pun para penjaja barang, tentu bersaing untuk menampilkan barang-barang terabik mereka dengan tujuan agar nilai jual melambung tinggi! Itu wajar semata! Dengan mutu berkualitas si pembeli pun merasa puas, berapa pun harganya akan dibayar walau isi dompet habis terkuras!

Oh, saudara…. Bukan hanya di dunia bisnis, tetapi hampir di berbagai aktivitas kehidupan prisif ini berlaku. Lihat saja di sekolah-sekolah, bukankan para murid yang akan diterima harus memenuhi standar tertentu? Bukankan itu juga menyangkut kualitas? Mau jadi CPNS? Oh, anda juga pasti di tes! Bukankah itu juga artinya masalah kualitas? Lalu tentang gereja? Apakah menurut saudara tidak hubungannya dengan masalah kualitas? Bukankah sering kita dengar orang menuntut pelayanan yang berkualitas? Khotbah yang berkualitas, ibadah yang berkualitas, ya pokoknya yang serba oke, serba berkualitas? Tidak heran bila banyak juga gereja melakukan berbagai renovasi maupun pembenahan di berbagai bidang, baik dari sarana pisik, sarana penunjang, bentuk ibadah , strategi, keuangan, hingga soal teologis. Sebab, bila tidak menarik, siapa yang tertarik?

Siapa yang tertarik, bila misalkan para pengurusnya sendiri gontok-gontokan? Bagaimana mungkin Gereja menyaksikan kebenaran Injil Kristus di tengah dunia, bila fakta menunjukkan bahwa di dalamnya sendiri terjadi konflik? Bagaimana kehidupan persekutuan dapat teratur, bila orang-orang yang seharusnya jadi pengatur malah cenderung susah diatur? Bagaimana mungkin warga jemaat mendengarkan kebenaran firman dan bersatu bila yang seharusnya menjadi panutan, justru menjadi pemicu konflik dan perpecahan? Akibatnya tentu saja pertumbuhan jemaat menjadi terhambat. Sebagai sesama anggota tubuh Kristus yang percaya akan pemerintahan Kristus atas Gereja-Nya, konflik tidak semestinya terjadi. Tapi di sinilah titik persoalannya. Apa itu? Apalagi kalau bukan kurangnya rasa rendah hati dan semangat bersekutu dalam jemaat.
Seorang wartawan pernah bertanya kepada penginjil ternana D.L. Moody, orang mana yang memberi kesulitan paling besar dalam pelayanannya. Moody menjawab seketika, "Saya mempunyai kesulitan paling banyak dengan D.L. Moody dibandingkan dengan orang-orang mana pun yang masih hidup." Pernyataan Moody menggarisbawahi bahwa problem terbesar kita ternyata bukanlah setan dan anak buahnya. Mereka sudah dikalahkan oleh Tuhan Yesus di kayu salib. Problem terbesar kita tidak lain adalah diri sendiri. Sekalipun kita sudah percaya kepada Yesus, sifat kedagingan manusia yang berpusat pada diri sendiri dan egois itu masih melekat. Keakuan bahkan sering masih sangat kuat. Ketidakserasian hubungan, apalagi itu terjadi di antara para aktivis seperti Euodia dan Sintikhe, adalah hal yang tidak baik dibiarkan. Kita perlu waspada jika ada kecenderungan untuk mati-matian menjunjung gengsi.

Kita perlu waspada jika selalu berusaha keras agar setiap orang menghormati kita dan tidak ada yang meremehkan kita. Karena tanpa kita sadari, sikap semacam itu malah memperkuat keangkuhan dan kesombongan. Sederet masalah lain akan mengikutinya, seperti tidak mau ditegur, tidak mau mengampuni, dan merasa diri paling benar. Inilah keakuan yang perlu kita taklukan di dalam kehidupan kita. Inilah kondisi yang perlu kita waspadai agar tidak membelenggu hati kita. Sebelum orang bisa sepikir didalam Tuhan, maka sehati dan setujuan tentu tak pernah terwujud menjadi kenyataan!

Seperti juga yang kita ketahui, Mahatma Gandhi sendiri tidak pernah menjadi orang kristiani. Apa penyebabnya? Ya, tentu saja kalau bukan dari apa yang dilihatnya bahwa kehidupan Kristen itu justru tidak lebih baik dari yang lain. Bahkan ia pernah membuat pernyataan bahwa kita, para pengikut Yesus, seharusnya memikirkan hidup dengan baik. Ketika diminta untuk menyampaikan pesan pendek, ia menjawab, “Hidupku adalah kesaksianku.” Oh…oh…oh…! Rupanya kita juga perlu diajar atau belajar dari yang diluar kekristenan? Ya, itu perlu! Tak perlu malu-malu! Kita perlu rendah hati mengkoreksi diri seperti yang diungkapkan oleh Gandhi tersebut. Bila cara hidup kekristenan tidak jauh lebih baik dari yang lain, siapa yang tertarik? Sebagai Gereja atau selaku orang percaya, kita memang perlu menjelaskan pesan Injil sejelas mungkin. Namun, penjelasan yang paling jelas sekalipun tidak akan memenangkan hati banyak orang, bila kasih Kristus tidak menyatu dalam hidup kita terlebih dahulu.

Dalam nas ini Paulus menyampaikan sekaligus mengingatkan visi pelayanan Gereja, bahwa Injil Kristus yang kita perjuangkan adalah Injil yang di dalamnya ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra, dan belas kasihan. Rupanya di jemaat Filipi juga terjadi konflik, malah konflik antar pengurus Gereja. Orang-orang terpandang di persekutuan, antara Euodia dan Sintikhe. Euodia dan Sintikhe adalah dua orang perempuan yang terlibat dalam jemaat dan menjabat sebagai Diaken. Rupanya di antara keduanya sering terjadi perselisihan yang dikhawatirkan akan merusak persekutuan di antara anggota jemaat di Filipi. oh, ironis memang. Semoga hal yang demikian tidak terjadi di tempat Anda.

Paulus meminta kepada mereka untuk menunjukan sikap rendah hati dan juga kepada semua pihak yang terkait dengan perselisihan kedua perempuan tersebut agar segera menyelesaikan persoalan yang ada. Sikap mementingkan diri sendiri, acuh tak acuh, angkuh, yang hanya akan mendatangkan perpecahan, pertikaian, pertengkaran, perceraian, dlsb. Singkirkanlah itu! Ketidakcocokan ajaran, konflik antar pemimpin, pertikaian antar ras, pertentangan konsep, dlsb. tidak jarang mengakibatkan warga jemaat jadi kocar-kacir, kebingungan mencari ajaran yang paling pasti, yang paling benar, dan yang paling teratur.

Dalam dunia ini perbedaan pendapat pasti selalu ada, bukan barang baru. Kalau ada 10 kepala, biasanya juga akan ada 10 pemikiran. Banyak hal yang bisa membuat perbedaan pikiran atau pendapat. Biasanya hal itu terjadi karena perbedaan pandangan. Yang satu barangkali berpikir begini, yang lain barangkali begitu. Yang satu berpikir dari sudut pandang rohani, yang lain mungkin dari sudut pandang jasmani. Atau bisa jadi karena perbedaan tradisi, golongan, pendidikan, kepentingan dll. Masalah memang selalu ada. Beda pandangan memang selalu kita hadapi dimana saja. Dalam keluarga, di kantor, di organisasi, bahkan juga dalam persekutuan. Masalah bukan untuk ditakuti, tetapi untuk dihadapi dan diselesaikan. Jadi, mengapa harus takut menghadapi sebuah perbedaan kalau justru perbedaan itu akan membuat kita menjadi seseorang yang lebih baik untuk sebuah kebersamaan? Hanya saja, bersikaplah cerdas, jangan sampai masalah yang kecil justru menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.

Jika perilaku tidak selaras dengan pengakuan iman, maka ketidakselarasan itu akan menghapuskan kesaksian Injil yang kita sampaikan. Untuk membangun keserasian atau keharmonisan tentu dibutuhkan keterbukaan pribadi untuk sehati sepikir dalam Tuhan Yesus Kristus. Apa dasarnya? Ya, tentu saja seperti kata nasihat Rasul Paulus, milikilah “damai sejahtera Kristus yg melampaui akal untuk memelihara hati dan pikiran” (ay.7). Ya, hanya dengan demikian orang dapat mengungkapkan kebaikan hatinya dalam berbagai aktivitas tindakan. Itulah dasar orang dapat menaikan syukur. Itulah kunci melalui mana orang dapat berpikir positif, hidup rendah hati, sehati dan setujuan! Ya, itulah kehidupan gereja yang tentu Allah berkenan. Kehidupan persekutuan yang berkualitas. Gereja dengan kesaksian kehidupan yang menarik. Membuat banyak yang tertarik. Bukan sebaliknya, ibarat mutu rombeng harga selangit! Amin!
Diposkan Oleh Admin Renungan Harian Almanak Nas GKE

Enak Dipandang dan Manis Didengar

ENAK DIPANDANG DAN MANIS DIDENGAR
Filipi 4 : 2 - 9
Oleh : Pdt. Sergius P. Tigoi, STh

Berpuluh tahun yang silam di suatu jemaat yang cukup tua, berdirilah seorang penasihat jemaat memberikan nasihatnya saat berita jemaat disampaikan sebelum berakhirnya ibadah Minggu. Nasihatnya bla-bla-bla-bla….. cukup panjang lebar, mungkin ada salah satu anggota pengurus yang lain merasa tersinggung, sehingga sepulang dari ibadah itu, kira-kira berjarak seratus meter, penasihat dan pengurus ini berkelahi, saling pukul memukul, beberapa anggota jemaat yang lainnya melerai kedua orang tua ini yang berkelahi. Beberapa anggota Majelis dan seorang hamba Tuhan yang praktek di jemaat itu menjadi mediator untuk mendamaikan kedua orang tua yang cukup lanjut usia malah pengurus jemaat lagi, dan akhirnya perdamaian dapat dilaksanakan dengan baik.

Sungguh suatu pemandangan yang tidak mengenakkan dan menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Berpenampilan menarik dan keren memang enak dipandang. Menyampaikan kata-kata yang baik dan positif sangat enak dan manis didengar. Namun hal itu tidaklah cukup hanya sampai disitu. Banyak orang bisa berpenampilan menarik, excellent, tapi mungkin hanya sementara dan topeng semata. Dan banyak juga orang yang pandai mengucapkan kata-kata manis, kata-kata bijak, kata-kata yang dapat memberikan motivasi dan membangun. Tetapi hanya di forum-forum resmi, sedangkan diluar atau di tempat lain kata-kata dan pikirannya berbalik 180 derajat. Kita menginginkan penampilan dan hati selaras dan kata-kata dan tindakan keluar dari hati yang murni dan dapat terwujud nyata, dapat dirasakan dan berguna bagi orang lain.

Hidup ini memang unik dan menarik untuk dipelajari dan dimengerti. Manusia memang mahluk yang unik dan menarik. Apakah manusia tidak kurang pendidikan dan pengalaman? Dari dahulu kala peradaban manusia terus berubah dan berkembang. Kemajuan dunia pendidikan dan dunia teknologi sudah tidak dapat dibahas lagi. Tapi mengapa kadang kita jujur mengakui bahwa pendahulu kita yang kita anggap ketinggalan zaman lebih bijak dan dapat menjadi pedoman dalam hidup kita kini?

Sebenarnya hal sederhana saja yang manusia ini perlukan dalam kehidupan ini yaitu merasa bahagia dan dapat menyatakan kebahagiaan itu bagi orang lain.

Semua orang pada hakikatnya “ingin dipuji” dan “ingin dihargai”. Mengapa orang memilih untuk sekolah tinggi, tentu untuk mendapat pengahargaan dan pujian. Mengapa orang harus mencari harta yang minimal memadai, agar dapat menjadi orang yang berharaga dan dipuji. Atau ada pula yang memilih untuk tidak perlu pendidikan tinggi cukup menjadi pekerja swasta atau ibu rumah tangga, mungkin itu pilihan terbaiknya untuk mendapat penghargaan dan pujian. Ada pula yang rela melakukan apa pun demi sebuat jabatan atau pekerjaan, salah satu alasannya adalah sebuah kehormatan / penghargaan dan pujian. Walaupun kita juga percaya mungkin ada alasan lain yang kuat.

Sejak kecil kita sudah memilik sifat ingin dipuji oleh ayah-ibu kita, kakak-kakak atau saudara kita. Sejak kecil kita sudah mencari cara supaya dihargai dan diperhatikan oleh orang-orang yang dekat dengan kita.

Namun kadang orang tua bisa lalai memberikan penghargaan dan pujian kepada anaknya yang hanya dapat membuat sebuah coretan yang tidak memilik arti baginya mungkin bagi anak itu sangat berarti, itu adalah karyanya. Kadang ketika anak menyanyikan lagu namun suaranya sumbang lalu sang ayah berkata “ah ga usahlah menyanyi karena suaramu ga enak di telinga papah.!” Dan akhirnya sang anak tidak berani lagi menyanyi karena takut dihina dan diledek oleh orang yang seharusnya ia hargai dan hormati.

Sangat sederhana, tetapi tidak mudah menjadi orang yang dapat enak dipandang dan manis didengar.

Rasul Paulus memberikan pemikiran yang luar biasa walau nampaknya sederhana dan biasa-biasa saja. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Bersukacita bukan sembarang bersukacita, bukan bersukacita diatas penderitaan orang lain, melainkan bersukacita di dalam Tuhan. Kebaikan hati kita itu bukan hanya dimulut atau dipikiran saja tetapi dinyatakan kepada orang lain di sekitar kita sehingga orang lain memang mengetahui dan membenarkan bahwa kita benar-benar baik. Bersyukur dan berdoa menyerahkan segala kehidupan kita akan menjadi solusi yang tepat untuk meluruskan jalan dan keinginan kita.

Kita ingin berharga dan berguna, bukan saja dalam pandang manusia tetapi juga dalam pandangan Allah. Kita ingin dipuji dan dimengerti, kita ingin yang baik-baik semua ada dalam hidup. Kita ingin yang enak dipandang dan manis didengar. Kita ingin bahagia dan hidup yang diberkati maka sebagaimana kata Amsal 3:1-8 : “Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, -- karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu. -- Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, -- maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia. -- Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. -- Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. -- Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; -- itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu.” AMIN.

Sabtu, 19 Oktober 2013

Kebiasaan Hidup Manusia Baru

Sabtu, 19 Oktober 2013
KEBIASAAN HIDUP MANUSIA BARU
Roma 6:15-23

"...kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan." Roma 6:19b

Untuk menjadi murid Kristus yang sejati kita harus melatih diri dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan hidup yang baik dan benar, mulai dari hal bertutur kata, sikap, cara berpikir dan juga perilaku kita sehari-hari, karena di dalam Kristus kita adalah "...ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17).

Kita harus berkomitmen untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan hidup lama yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, dan melatih diri membentuk kebiasaan hidup yang baru. Itu pun harus kita lakukan dengan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak lain. Kita tidak lagi menyerahkan tubuh kita "...untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran." (Roma 6:13-14).

Apa kebiasaan Saudara? Mungkin ada yang setelah bangun kopi terbiasa minum kopi sambil membaca koran; atau sepulang kantor nongkrong dengan teman-teman di cafe; atau nonton sinetron di TV berjam-jam; atau kalau tidur selalu mendengkur dan lain-lain. Definisi kata 'kebiasaan' menurut kamus Webster adalah: kecenderungan melakukan aktivitas tertentu secara terus-menerus atau berulang-ulang; latihan atau praktek yang dilakukan secara konsisten dan kontinyu.

Kebiasaan adalah hasil dari tindakan yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang. Kebiasaan inilah yang akan membentuk karakter kita. Kepada jemaat di Kolose rasul Paulus menasihatkan agar mereka "...menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui..." (Kolose 3:9-10). Artinya kita harus mengenakan 'manusia baru' yang secara terus menerus diperbaharui dari hari ke hari.

Hal-hal apa saja yang harus kita biasakan atau latih supaya menjadi pola hidup kita? 1. Bersaat teduh, menyediakan waktu secara pribadi secara rutin untuk bersekutu dengan Tuhan, membaca dan merenungkan firmanNya. 2. Berdoa senantiasa (Lukas 18:1); 3. Memberikan persepuluhan (Maleakhi 3:6-12); 4. Ibadah (Ibrani 10:25);5. Mengasihi saudara seiman (Yohanes 13:34-35). Amin!
Diposkan Oleh Admin Renungan Harian Almanak Nas GKE

Jumat, 18 Oktober 2013

Saat Hati Terpikat Oleh Silaunya Dunia

Jumat, 18 Oktober 2013
SAAT HATI TERPIKAT OLEH SILAUNYA DUNIA
Filipi 3:17--4:1
Oleh : Pdt.Kristinus Unting, M.Div

Merhan Karimi Nasseri, warga Iran, dicabut kewarganegaraannya ketika menaiki pesawat terbang menuju Paris. Paspornya diambil. Tanpa bukti kewarganegaraan, setiba di Paris ia tidak diizinkan meninggalkan bandara. Selama sebelas tahun ia tinggal di Terminal 1; mandi di toilet bandara, dan hidup dari bantuan staf bandara. Pada 1999, pemerintah Prancis akhirnya memberinya izin untuk tinggal dan bekerja. Sekarang ia bebas pergi kemana pun. Anehnya, ia memilih tetap tinggal di bandara-sudah telanjur betah. Setelah dibujuk beberapa hari, baru ia mau pergi.

Sebuah bandara, sebesar dan sebagus apa pun, bukan rumah. Begitu juga dunia ini bukan rumah sejati kita. Rasul Paulus mengingatkan, kita adalah warga surga. Kita tinggal di dunia hanya sementara. Maka, jangan sampai terlalu lekat dengan daya tarik dan kenikmatannya. Paulus prihatin melihat orang kristiani yang hidup "sebagai seteru salib Kristus" (ayat 18). Gaya hidupnya masih mementingkan perkara duniawi. Yang dikejar melulu soal makanan, kenikmatan, kemewahan, kehormatan, dan keuntungan. Sebagai warga surga, cara hidup kristiani seharusnya berbeda-mengejar hal yang bernilai kekal, seperti kasih, keadilan, dan kebenaran.

Orang yang terlalu lekat pada dunia akan takut meninggalkan dunia ini apabila saatnya tiba. Segala hal yang telah telanjur digenggam erat biasanya sangat sulit dilepaskan. Maka, bersyukurlah jika terkadang Tuhan mengizinkan kita mengalami kehilangan, baik benda, kuasa, maupun kekasih tercinta. Semuanya menyadarkan bahwa dunia bukan rumah kita. Semuanya fana dan akan lenyap. Paulus menyatakan tentang adanya orang-orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus (ay 18c). mereka menolak untuk memikul salib, menyangkal diri, berkorban bagi Kristus dsb. Kehidupan orang-orang itu tak mau menyangkal diri/memikul salib (ini diambil dari kata-kata 'hidup sebagai seteru salib Kristus' dalam ay 18c). Tuhan mereka ialah perut mereka' (ay 19b). Dalam hidup mereka, makan adalah prioritas tertinggi. Mereka hidup untuk makan! Bandingkan dengan 1 Kor 10:31.

Menurut Calvin bahwa mereka ini bukan orang yang secara terang-terangan menolak Injil / Kristus. Sebaliknya, mereka pura-pura menjadi teman, tetapi sebetulnya mereka adalah musuh terbesar dari Injil. "And unquestionably persons of this sort, who weaken the influence of the ministry by seeking their own interests, sometimes do more injury than if they openly opposed Christ" (= dan tidak perlu diragukan bahwa orang-orang seperti ini, yang melemahkan pengaruh pelayanan dengan mencari kesenangan mereka sendiri, kadang-kadang lebih merugikan dari pada kalau mereka terang-terangan menentang Kristus).

Pada jaman ini juga ada banyak orang seperti itu. Perzinahan dan cara yang tidak halal untuk mendapat untung adalah dosa, dan seharusnya membuat orang yang melakukannya menjadi malu. Tetapi toh ada banyak orang yang bisa menceritakan pengalamannya dalam hal-hal seperti itu dengan bangga! Dan orang yang bangga karena hal-hal yang memalukan, sering-kali malu karena hal yang seharusnya membanggakan. Misalnya: malu untuk memberitakan Injil / sharing, malu untuk melayani Tuhan, malu untuk berdoa di depan umum dsb. Sekalipun mereka ada di dalam gereja, tetapi mereka ada di luar Kristus, dan karena itu kesudahan mereka adalah kebinasaan! Gereja, baptisan dsb, memang tidak bisa menyelamatkan siapapun! Hanya Kristus yang bisa! Karena itu pastikanlah bahwa saudara betul-betul ada di dalam Kristus, dan bukan sekedar di dalam gereja!

Selanjutnya dalam ayat 20 Paulus mengatakan bahwa 'kewargaan kita adalah di dalam surga'. Dengan kata lain, kita adalah Warga Negara Surga. Apakah saudara rindu menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya? Atau saudara berharap hal itu tidak cepat-cepat terjadi karena saudara masih cinta dunia dan masih krasan hidup di dunia? Kalau saudara menyadari bahwa saudara adalah warga negara surga, dan saudara menyadari bahwa Kristus adalah Raja Kerajaan Surga, maka saudara pasti merindukan kedatanganNya yang kedua kalinya. Amin!

Diposkan Oleh Admin Renungan Harian Almanak Nas GKE


Kamis, 17 Oktober 2013

Harus Ada Perubahan

Kamis, 17 Oktober 2013
HARUS ADA PERUBAHAN
Galatia 1:11-24
Paulus yang dahulu sebelum bertobat bernama Saulus, menjadi pembicaraan banyak orang di zamannya. Kita semua tentu pernah membaca kisah hidupnya dalam Alkitab, bagaimana dia sangat, membenci Kristus dan pengikut-pengikut-Nya. Tetapi setelah dia dijamah Tuhan, sikapnya berubah total dan membuat banyak orang kagum akan dia, seperti ada tertulis: "Mereka hanya mendengar bahwa ia (Paulus) yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakan. Dan mereka memuliakan Allah karena aku."(Galatia 1:23-24).

Dari kenyataan pengalaman hidup Paulus, seharusnya setiap anak Tuhan pun juga harus punya pengalaman seperti Paulus, yaitu ada perubahan total dalam hidupnya. Dahulu boleh saja dia menjadi penjahat, penipu, pembenci umat Kristen. Tetapi setelah dia menjadi umat Tuhan, dia harus berani menjadi saksi Kristus yang baik, tanpa menghitung untung dan ruginya.

Paulus tidak malu-malu mengakui tentang hidupnya dahulu, seperti yang dikatakannya: "Kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya Jemaat Allah dan berusaha membinasakannya." (Galatia 1:13). Tetapi setelah Paulus bertumbuh dalam Kristus dan mengalami perubahan hidup yang amat besar, itu bukan karena manusia, tetapi hanya oleh Roh Kudus. Paulus telah menjadi teladan hidup dari pekerjaan Roh Kudus, yang hanya dapat dikerjakan sendiri oleh Allah dalam hati manusia.

Jika dalam kehidupan setiap kita ada perubahan yang nyata, maka pasti perubahan-perubahan yang menakjubkan ini akan kemuliaan Allah, karena kita menjadi saksinya yang hidup. Sebaliknya, jangan kita menjadi batu sandungan bagi orang lain. Walau kita keluar masuk gereja, tetapi tidak tampak ada perubahan dalam hidup ini, maka orang akan berkata: Untuk apa jadi Kristen? Aku yang bukan Kristen lebih baik daripada orang Kristen. Mereka sadis, suka menipu, suka gosip, tidak punya belas kasihan dan sebagainya. Kalau kita jadi orang Kristen yang demikian, bagaimana kita dapat memuliakan Allah?

Diposkan Oleh Admin Renungan Harian Almanak Nas GKE

Sumber : http://filadelfia-mks.com/berita-305-harus-ada-perubahan.html

Rabu, 16 Oktober 2013

YOSIA: PEMIMPIN YANG REFORMIS

Rabu, 16 Oktober 2013
YOSIA: PEMIMPIN YANG REFORMIS
2 Raja 23:1-30
Oleh : Pdt. Kristinus Unting, M.Div

Yosia dilahirkan dari seorang ayah dan kakek yang tidak takut akan TUHAN. Nama ayahnya adalah Amon dan nama kakeknya adalah Manasye. Kisah hidup kerohanian Yosia dimulai pada umur 16 tahun atau pada 8 tahun semenjak pemerintahannya. Dia adalah raja yang sudah dinubuatkan menjadi seorang reformis yang akan menggenapi rencana TUHAN dengan melakukan tindakan-tindakan yang serius dalam menegakkan hukum di kerajaan Israel, bukan hanya Israel Selatan, tapi juga Israel Utara.

Semenjak jatuhnya raja Salomo, tidak ada raja yang bertahta di Yerusalem yang sungguh-sungguh memperhatikan rumah TUHAN yang dibangun oleh Salomo atas rancangan Raja Daud. Bukan hanya tidak dirawat, rumah TUHAN malahan dinajiskan oleh raja-raja sebelum Yosia dengan meletakkan berhala-berhala di dalamnya. Di komplek rumah TUHAN pun dijadikan tempat untuk melakukan hal-hal najis. Hasil dari usaha reformisnya tersebut, akhirnya kitab Taurat ditemukan di dalam rumah TUHAN.

Yosia menyadari bahwa dengan memberantas praktek kejahatan sampai keakar-akar itulah yang akan menyelesaikan berbagai persoalan sosial dan tentunya awal pemulihan hubungan dengan TUHAN. Menyadari bahwa ada yang salah, seorang pemimpin yang baik pastilah akan bertindak dengan hati-hati, dalam hal ini raja Yosia ingin mengetahui lebih spesifik apa yang akan terjadi menimpa dirinya dan rakyatnya sehingga jika memang segala sesuatu masih bisa diperbaiki, maka hal itu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Pemimpin haruslah orang pertama yang menjalankan hukum sehingga secara otomatis semangat untuk mencintai hukum akan terdistribusikan dengan baik. Seorang pemimpin yang baik juga mempunyai penasehat-penasehat yang setia dan sepaham untuk mengerjakan amanat TUHAN. Yosia mengirimkan orang-orang terbaiknya sebagai penghormatan kepada nabiah Hulda yang bertindak sebagai penyambung lidah antara Allah dan raja dalam kasus ini.

Inilah contoh seorang pemimpin yang patut diteladani. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang takut akan TUHAN. Karena hasil takut akan TUHAN adalah hikmat untuk memimpin negara mereka. Dibutuhkan sebuah kepekaan untuk dapat mengerti isi Firman TUHAN untuk memahami keadaan. Dibutuhkan sensifitas terhadap suara TUHAN jika orang mau hidup dalam kebenaran. Tidak cukup rakyat tahu dan menjalankan hukum, pemimpin pun harus sungguh-sungguh menjalankan dan menegakkan hukum. Amin!

Diposkan Oleh Admin Renungan Harian Almanak Nas GKE

Selasa, 15 Oktober 2013

Tantangan Penggembalaan di Gereja

Selasa, 15 Oktober 2013
TANTANGAN PENGGEMBALAAN DI GEREJANYA
Roma 12: 9-21

Surat Rasul Paulus ke jemaat Tuhan, orang-orang percaya di Roma agar jemaat membina kesatuan, “hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang” (ay 18). Rasul Paulus menggambarkan gereja adalah “satu tubuh di dalam Kristus” (ay 5) sehingga “jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita” (1 Kor 12:26). Marilah kita bina persatuan sesuai kehendakNya, doa Tuhan “supaya mereka semua menjadi satu ….. supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”. Apa yang perlu kita lakukan?

1. Melayani dengan kasih yang tulus.
“Hendaklah kasih itu jangan pura-pura!” (ay 9). Rasul Paulus sadar, ternyata ada yang pura-pura. Ia dengan tegas berkata “jangan pura-pura” tetapi harus tulus dan tidak munafik. Ia menggunakan kata Philadelphia yang berarti ikatan kasih yang terjadi di dalam keluarga. Kasih orangtua kepada anak-anaknya, kasih yang muncul dengan sendirinya tanpa dipaksa dan tanpa mengharapkan imbalan. Ini yang harus terjadi di dalam gereja Tuhan! Kasih kekeluargaan! Dikatakan “saling mengasihi sebagai saudara” dan “saling mendahului memberi hormat” (ay 10). Sebagai saudara karena begitulah kehendakNya, kita adalah saudara di dalam nama Tuhan Yesus, “Sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di sorga, dialah saudaraKu laki-laki … perempuan … ibuKu” (Mat 12:50). Bukti kasih dinyatakan, “kenakanlah kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan” (Kol 3: 14) jadi jika belum ada persatuan maka belum ada kasih dan kita tidak akan mampu menyapa atau mendahului memberi hormat. Betapa banyaknya orang yang menghindar atau pura-pura tidak tahu jika bertemu dengan orang lain yang dikenalnya dan segereja.

2. Memperhatikan kebutuhan jemaat.
“Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakan dirimu untuk selalu memberi tumpangan!” (ay 13). Siapa yang dimaksud orang kudus? Jemaat Tuhan, “jemaat Allah di Korintus yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus” (1 Kor 1:2). Kewajiban kita adalah membantu orang-orang kudus yang di dalam kekurangan. Rasul Paulus berkata, “Marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” (Gal 6:10). Di dalam jemaat mula-mula, “Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan” (Kis 4:34). Sejauh apa kita diminta oleh Tuhan untuk memenuhi kebutuhan saudara kita? Tuhan Yesus menyatakan tentang hari penghakiman, “…lapar … haus …asing kamu memberi Aku tumpangan … telanjang … sakit … di dalam penjara…” (Mat 25: 35-36). Mereka yang memperhatikan kebutuhan tersebut dinyatakan “terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu …” (Mat 25:34). KehendakNya adalah kemurahan hati kita dan ini merupakan bukti kasih yang ada dalam kehidupan, “kasih itu murah hati” (1 Kor 13:4).

3. Mengampuni kesalahan tanpa membalas.
“Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan …. Akulah yang menuntut pembalasan” (ay 19). Di dalam arti kata “diam”. Pemazmur berkata “Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia” (Maz 37:7); “Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang…” (Maz 37: 5-6). Kenyataan hidup betapa banyak kesalahan-kesalahan yang terjadi terutama kesalahan berbicara. Rasul Yakobus berkata, “Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna…” (Yak 3:2). Pertengkaran sering terjadi karena kesalahan lidah dan kita tidak mampu mengendalikan emosi sehingga membakar suasana, “penuh racun yang mematikan” (Yak 3:8). Apa yang dikehendaki Tuhan? “Jangan menganggap dirimu pandai” (ay 16) - menganggap diri selalu benar; “Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan” (ay 17); “Kalahkan kejahatan dengan kebaikan” (ay 21). Tegasnya dikatakan “Jika seterumu lapar berilah ia makan; jika ia harus berilah dia minum!” (ay 20). Persekutuan akan terbina jika kita sanggup untuk saling mengampuni dan orang yang memiliki kasih dikatakan “Ia (kasih) tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain” (1 Kor 13:5).

Diposkan Oleh Admin Renungan Harian Almanak Nas GKE
Sumber : http://jkiagape.org/id/nara-sumber/khotbah/kotbah/tantangan-penggembalaan-di-gerejanya.html

Senin, 14 Oktober 2013

Pemimpin yang Dibaharui, Pemimpin yang Menyatukan

Senin, 14 Oktober 2013
PEMIMPIN YANG DIBAHARUI, PEMIMPIN YANG MENYATUKAN
Yeremia 23:1-8
Oleh : Pdt. John Asihua,S.Th.

“A leader is dealer in hope”. Seorang pemimpin adalah agen pengharapan. Kutipan dari Napoleon Bonaparte ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin memikul tanggung jawab yang berat untuk mewujudkan harapan orang-orang di bawah kepemimpinannya. Orang banyak bergantung pada metode, kerja keras dan teladan sang pemimpin. Mereka berharap bahwa sang pemimpin akan memenuhi harapan-harapan mereka.

Sang pemimpin dinilai atas kepemimpinannya. Implementasi program dan pencapaian tujuan, cara pendekatan dan karakter, serta moral dan keyakinan adalah bagian integral dari sang pemimpin. Kesatuan dari semua perpaduan di atas menentukan apakah seorang pemimpin itu berintegritas atau tidak; pemimpin yang baik atau tidak.

Tidak sedikit pemimpin yang menyepelekan kepemimpinannya. Ada juga yang bahkan tidak mau peduli: “Pokoknya saya pimpinan”. Kepemimpinan seperti ini jelas hanya peduli dirinya saja. Memperhatikan anggotanya hanyalah sekedar saja. Sebaliknya, banyak juga kepemimpinan yang dinilai berhasil dan menjadi panutan.

Nas kita berbicara tentang kepemimpinan, tapi lebih khusus lagi. Nabi Yeremia berbicara tentang kepemimpinan dalam konteks umat Tuhan Allah. Tuhan Allah sendiri, melalui Yeremia, menilai buruk para pemimpin negara, pemimpin masyarakat, pemimpin agama (nabi dan imam) serta tokoh masyarakat pada saat itu. Kepemimpinan mereka sarat ketidakpedulian atau pembiaran atas rakyat, sekaligus umat (ayat 1). Ketidakpedulian, bagi Tuhan Allah, adalah pengingkaran akan tugas kepemimpinan untuk memelihara, menjaga dan mempersatukan. Akibatnya rakyat (umat) terserak, tercerai-berai dan hilang. Pemimpin yang demikian diibaratkan Tuhan Allah sebagai gembala yang tidak baik. Untuk ketidakpedulian mereka maka Allah sendiri akan menghukum mereka (ayat 2).

Allah sangat peduli terhadap umat-Nya. Ia tidak melihat harapan baik bagi umat-Nya di tangan para gembala, pemimpin yang suka mengabaikan, tanpa kepedulian, terhadap umat-Nya. Pemimpin demikian tak layak bagi-Nya. Mereka juga tidak pantas bagi umat. Tuhan menjanjikan bahwa Dia akan mengangkat para pemimpin, yakni para gembala baru bagi umat. Mereka ini akan lebih peduli. Mereka tidak akan membiarkan tercerai atau tersesat. Mereka bersama Tuhan akan mengumpulkan domba-domba-Nya, menggembalakannya dan bertambah banyak (ayat 3-4).
Tidak habis disitu, Tuhan Allah juga menjanjikan umat untuk menumbuhkan “Tunas adil bagi Daud” (ayat 5). Dia akan menyatukan umat yang tercerai-berai dan memberikan mereka ketentraman (ayat 6-8). Inilah Gembala, Pemimpin umat yang sejati. Menurut banyak ahli, ayat-ayat terakhir ini adalah nubuat tentang kepemimpinan Mesias pada masa pemerintahan seribu tahun, seperti yang tertulis dalam kitab Wahyu 20.

Hari ini kita belajar satu hal berguna dari kitab Yeremia, pemimpin adalah gembala. Ini adalah istilah yang tidak asing dalam dunia kepemimpinan Kristen.

Sebelum lebih jauh, ada satu pertanyaan penting. Siapakah pemimpin di antara umat Kristiani? Kalau menoleh kembali kepada nas maka dapatlah dimaknai bahwa pemimpin di antara orang Kristen itu adalah (1) mereka yang mendapat kedudukan dalam pemerintahan negara, kota dan tingkat lokal; (2) mereka yang dipercayakan oleh organisasi/lembaga masyakarat atau kegerejaan; (3) mereka yang dijadikan sebagai figur tokoh oleh pemerintah, masyarakat atau kelompok tertentu, termasuk gereja; dan (4) mereka yang diakui masyarakat sebagai pemimpin dan imam dalam rumah tangganya.

Keempat kategori di atas adalah pemimpin, gembala bagi yang dipimpinya. Kepemimpinan gembala: peduli dan bisa menyatukan.
Tuhan Memberkati Firmannya. Amen

Diposkan Oleh Admin Renungan Harian Almanak Nas GKE

Minggu, 13 Oktober 2013

Meragukan Janji Tuhan Adalah Kebodohan

Minggu, 13 Oktober 2013
MERAGUKAN JANJI TUHAN ADALAH KEBODOHAN!
Zepanya 3:9-20
Oleh : Pdt. Kristinus Unting

“Lidah memang tak bertulang, tak terbatas kata-kata. Tinggi gunung seribu janji, lain di bibir, lain di hati...” itulah bunyi penggalan syair indah sebuah lagu yang cukup populer di tahun 70-an. Lagu itu hendak bertutur soal janji yang sering tidak ditepati oleh seseorang kepada kekasihnya. Sering menimbulkan kecewa, luka di hati akibat janji yang tak ditepati. Ya, itulah yang sering terjadi bila manusia yang berjanji. Hari ini menyatakan cinta, besok atau lusa jadi lupa. Hari ini ucapkan sayang, besok atau lusa bagai “habis manis sepah dibuang”.

Banyak kisah peristiwa dalam hidup ini yang meninggalkan cerita lara dan air mata menyesak dada karena ulah janji-janji anak manusia di muka bumi. Dalam pengalaman nyata, tidak kurang itu juga bisa terjadi antar saudara, teman akrab, teman bisnis, seorang kekasih, seorang yang hendak mencalonkan diri jadi pemimpin. Penipuan sering terjadi juga karena dibumbui janji-janji. Ada juga orang yang tertipu mengharapkan janji-janji bak setinggi gunung, namun apa dinyana hanya kecewa, mengharap seribu janji yang ternyata lain di bibir lain dihati.

Bagaimana kalau Tuhan yang berjanji? Nah, ini berbeda! Antara langit dan bumi bedanya. Bila Allah berjanji, pasti Dia menggenapi. Janji Allah bukan janji palsu, bukan pula sekedar iming-iming dan bukan juga sekedar enak didengar dan menyenangkan hati. Allah pasti menepati janji-Nya. Janji-Nya sungguh terbukti dan teruji. Janji-Nya ya dan Amin. Janji Tuhan itu suci, sungguh dapat dipercaya. Allah tak pernah lupa akan janjinya, semua Ia tepati. Dari dulu kini bahkan sampai selamanya!

Banyak sudah bukti tercatat dalam Alkitab bahwa Tuhan menepati janji-Nya. Sebutlah salah satu contoh ketika Allah berjanji kepada Yakob dalam kitab Kejadian 46:3-4, “...Akulah Allah, Allah ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana. Aku sendiri akan menyertai engkau pergi ke Mesir dan tentulah Aku juga akan membawa engkau kembali...” Itulah petikan janji Tuhan kepada Yakub, dan Allah menepatinya.

Demikian pun Allah berjanji kepada umat-Nya dalam nas ini. Ya, janji tentang keselamatan,tentang penyertaan, akan dipulihkannya keadaan yang sedang terpuruk, pembelaan, serta kehormatan (ay.19-20). Bumi boleh berguncang, air laut boleh kekeringan, waktu boleh berlalu, tapi janji Tuhan tak pernah berlalu. Apakah Anda mempercayainya? Entah apa keadaan Anda saat ini, mungkin sedang bangkrut, kehilangan orang yang paling disayangi, ditipu, difitnah, dicemarkan nama baik, dst. Atau banyak kekecewaan lainnya oleh berbagai sebab. Sabarlah, Tuhan tak pernah tidur di atas sana.

Tuhan itu baik. Yakinilah akan pertolongannya. Bila anda menunggu lama akan penggenapan janji Allah dalam hidup anda, jangan pernah berpikir negatif bahwa Allah tidak akan menepati janji-Nya. Sadarilah bahwa Allah pada hakikatnya akan memberikan yang lebih baik dari yang anda harapkan dan mungkin tidak pernah terpikirkan oleh anda. Bahkan keselamatan pun dianugerahkan-Nya. Hanya satu syarat yang Allah minta, Anda harus taat dan setia pada-Nya. Pegang teguh janji Allah dalam diri anda, sampai tiba waktu-Nya Allah menggenapi-Nya. Sepasti matahari selalu terbit di sebelah timur, demikianlah pastinya janji Allah. Karena itu, terlalu mengharap 100% pada janji-janji dan bersandar kepada manusia adalah kekonyolan, dan meragukan janji Tuhan adalah kebodohan! AMIN!

Diposkan Oleh Admin Renungan Harian Almanak Nas GKE