Rabu, 02 Oktober 2013
ANTARA DOSA WARISAN DAN DOSA PERBUATAN
Yehezkiel 18:1-32
Oleh : Pdt. Kristinus Unting, M.Div
Yehezkiel
bernubuat menentang para pemimpin Israel, yaitu para raja, imam dan
nabi. Karena keserakahan, korupsi, dan mementingkan diri sendiri, mereka
telah lalai menuntun umat Allah sebagaimana dikehendaki oleh-Nya.
Mereka memeras umat itu. Rupanya banyak orang Yahudi percaya bahwa
mereka dihukum karena dosa-dosa para leluhur mereka dan karena itu Allah
tidak adil; mereka tidak sadar bahwa dosa-dosa mereka sendiri lebih
parah daripada dosa para leluhur itu. Yehezkiel 18:20 memberitahu kita,
“Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut
menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung
kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan
kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya” (Yehezkiel 18:20). Ayat
ini jelas menunjukkan bahwa hukuman untuk dosa seseorang ditanggung oleh
orang itu sendiri.
Pasal
ini mengajarkan kebenaran dasar bahwa setiap orang bertanggung jawab
kepada Allah atas hidupnya sendiri, dan bahwa setiap orang yang
terus-menerus berbuat dosa akan mati secara rohani dan menderita hukuman
kekal. Memang ada yang ayat yang mengakibatkan sebagian orang berpikir
bahwa Alkitab seolah mengajarkan hukuman dosa lintas generasi, namun
penafsiran demikian tidaklah benar. Ayat yang dipertanyakan tsb. adalah
Keluaran 20:5 yang dalam hubungan dengan berhala mengatakan, “Jangan
sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN,
Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa
kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari
orang-orang yang membenci Aku” (Keluaran 20:5). Sebenarnya ayat ini
bukanlah mengenai hukuman, tapi mengenai konsekwensi.
Untuk
hal ini, kita harus terlebih dahulu membedakan antara “dosa warisan”
dan “dosa perbuatan”. Tentang “dosa warisan”, Kitab Kejadian 3
menjelaskan bahwa pemberontakan Adam dan Hawa melawan Allah dan
perintah-perintahNya, sejak saat itu dosa diwariskan kepada semua
generasi umat manusia dan kita, sebagai keturunan Adam, mewarisi dosa
dari dia. Roma 5:12 memberitahukan bahwa melalui Adam dosa masuk ke
dalam dunia dan kematian diwariskan kepada semua orang karena “upah dosa
adalah maut” (Roma 6:23).
Ada
sebagian orang menganggapnya bahwa “dosa warisan”sebagai hal yang tidak
masuk akal. Karena kata mereka mana bisa kakek dan neneknya yang
berdosa, cucu dan seluruh keturunannya terkena dosanya dan terus memikul
hukuman dari dosa tersebut? Melalui Adam kecenderungan untuk berbuat
dosa masuk ke dalam umat manusia dan manusia menjadi orang yang secara
natur sudah berdosa. Ketika Adam berdosa naturnya diubah oleh dosa dan
pemberontakannya mengakibatkan kematian secara rohani dan kejatuhan yang
diwariskan pada semua yang lahir setelah dia.
Manusia
menjadi orang-orang berdosa bukan karena mereka berbuat dosa, mereka
berbuat dosa karena mereka adalah orang-orang berdosa. Inilah keadaan
yang disebut sebagai dosa warisan. Sama seperti kita mewarisi
karakteristik fisik dari orangtua kita, kita mewarisi natur dosa dari
Adam. Karena itu, “dosa warisan” sebenarnya adalah suatu konsekwensi.
Dengan kata lain bahwa konsekwensi dosa seseorang dapat dirasakan sampai
beberapa generasi kemudian. Sama seperti kita mewarisi karakteristik
fisik dari orangtua kita, kita mewarisi natur dosa dari Adam. Raja Daud
meratapi natur kejatuhan manusia ini dalam Mazmur 51:7 “Sesungguhnya,
dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.”
Allah
memberitahu orang-orang Israel bahwa anak-anak mereka akan merasakan
dampak dari generasi orangtua mereka sebagai konsekwensi alamiah
ketidaktaatan dan sikap mereka yang membenci Allah. Anak-anak yang
dibesarkan dalam lingkungan demikian akan mempraktekkan penyembahan
berhala yang serupa, dan dengan demikian meneruskan pola ketidaktaatan
yang sudah ada. Akibat dari generasi yang tidak taat adalah menanamkan
kejahatan dengan begitu dalamnya sehingga akan memakan waktu beberapa
generasi untuk memulihkannya. Allah tidak menuntut pertanggungjawaban
kita untuk dosa-dosa orangtua kita, namun kadang kala kita menderita
sebagai akibat dari dosa-dosa orangtua kita, sebagaimana yang
digambarkan dalam Keluaran 20:5.
Sedangkan
“dosa perbuatan”? “Dosa perbuatan” adalah dosa yang diperbuat oleh
masing-masing pribadi, seperti dosa membunuh, mencuri, berzinah, dan
lain sebagainya. Dosa perbuatan adalah tanggung jawab masing-masing
pribadi. Dosa perbuatan seorang anak tidak akan ditanggung oleh orang
tuanya. Dosa orang tuanya, tidak ditanggung oleh anaknya ataupun oleh
cucunya. Hal tersebut dapat kita baca dalam Yehezkiel 18:20 : Orang yang
berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung
kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan
anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan
orang fasik akan tertanggung atasnya.
Sebagian
orang Israel menggunakan dalih yang sama untuk dosa-dosa mereka. Mereka
mengutip amsal populer yang menimpakan kesalahan kepada para leluhur
mereka (Yehezkiel 18:2). Namun, Allah menyalahkan mereka. Allah
berfirman, orang baik tidak akan dihukum karena dosa anaknya yang jahat.
Demikian juga anak baik tidak akan dihukum karena dosa ayahnya yang
jahat. Apakah anak-anak dihukum karena dosa-dosa orangtua mereka?
Anak-anak tidak dihukum untuk dosa yang dilakukan oleh orangtua mereka,
demikian pula orangtua tidak dihukum untuk dosa dari anak-anak mereka.
Setiap kita bertanggung jawab untuk dosa kita masing-masing.
Sebagaimana
diperlihatkan dalam Yehezkiel 18:20, setiap kita bertanggungjawab untuk
dosa kita masing-masing dan kita harus menanggung hukumannya. Kita
tidak bisa membagikan kesalahan kita dengan orang lain, dan orang lain
tidak bisa bertanggung jawab untuk itu. Hanya ada satu pengecualian pada
aturan ini, dan itu berlaku untuk semua umat manusia. Satu orang
menanggung dosa orang-orang lain dan membayar hukuman dosa bagi mereka
sehingga orang-orang berdosa dapat menjadi benar dan suci di hadapan
Allah. Orang itu adalah Yesus Kristus.
Allah
mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia untuk mengganti kesempurnaan-Nya
dengan dosa kita. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi
dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2
Korintus 5:21). Yesus Kristus mengangkat hukuman dosa bagi mereka yang
datang kepada-Nya dalam iman. Berhentilah mencari dalih bagi dosa-dosa
Anda. Apakah ini karena ulah nenek/kakek atau ayah/ibu saya? Janganlah
mengkambinghitamkan orang lain. Sebaliknya, akuilah kesalahan Anda
kepada Allah dan terimalah pengampunan yang Dia tawarkan Itu adalah
langkah pertama untuk melatih tanggung jawab pribadi Anda. Setiap orang
bertanggung jawab atas apa yang Anda lakukan. Amin!
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan/komentar selesai berkunjung di Renungan Harian Almanak Nas GKE ini.