Renungan Harian GKE ini menjadi berkat untuk Jemaat GKE dimana saja.

Minggu, 20 Oktober 2013

Enak Dipandang dan Manis Didengar

ENAK DIPANDANG DAN MANIS DIDENGAR
Filipi 4 : 2 - 9
Oleh : Pdt. Sergius P. Tigoi, STh

Berpuluh tahun yang silam di suatu jemaat yang cukup tua, berdirilah seorang penasihat jemaat memberikan nasihatnya saat berita jemaat disampaikan sebelum berakhirnya ibadah Minggu. Nasihatnya bla-bla-bla-bla….. cukup panjang lebar, mungkin ada salah satu anggota pengurus yang lain merasa tersinggung, sehingga sepulang dari ibadah itu, kira-kira berjarak seratus meter, penasihat dan pengurus ini berkelahi, saling pukul memukul, beberapa anggota jemaat yang lainnya melerai kedua orang tua ini yang berkelahi. Beberapa anggota Majelis dan seorang hamba Tuhan yang praktek di jemaat itu menjadi mediator untuk mendamaikan kedua orang tua yang cukup lanjut usia malah pengurus jemaat lagi, dan akhirnya perdamaian dapat dilaksanakan dengan baik.

Sungguh suatu pemandangan yang tidak mengenakkan dan menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Berpenampilan menarik dan keren memang enak dipandang. Menyampaikan kata-kata yang baik dan positif sangat enak dan manis didengar. Namun hal itu tidaklah cukup hanya sampai disitu. Banyak orang bisa berpenampilan menarik, excellent, tapi mungkin hanya sementara dan topeng semata. Dan banyak juga orang yang pandai mengucapkan kata-kata manis, kata-kata bijak, kata-kata yang dapat memberikan motivasi dan membangun. Tetapi hanya di forum-forum resmi, sedangkan diluar atau di tempat lain kata-kata dan pikirannya berbalik 180 derajat. Kita menginginkan penampilan dan hati selaras dan kata-kata dan tindakan keluar dari hati yang murni dan dapat terwujud nyata, dapat dirasakan dan berguna bagi orang lain.

Hidup ini memang unik dan menarik untuk dipelajari dan dimengerti. Manusia memang mahluk yang unik dan menarik. Apakah manusia tidak kurang pendidikan dan pengalaman? Dari dahulu kala peradaban manusia terus berubah dan berkembang. Kemajuan dunia pendidikan dan dunia teknologi sudah tidak dapat dibahas lagi. Tapi mengapa kadang kita jujur mengakui bahwa pendahulu kita yang kita anggap ketinggalan zaman lebih bijak dan dapat menjadi pedoman dalam hidup kita kini?

Sebenarnya hal sederhana saja yang manusia ini perlukan dalam kehidupan ini yaitu merasa bahagia dan dapat menyatakan kebahagiaan itu bagi orang lain.

Semua orang pada hakikatnya “ingin dipuji” dan “ingin dihargai”. Mengapa orang memilih untuk sekolah tinggi, tentu untuk mendapat pengahargaan dan pujian. Mengapa orang harus mencari harta yang minimal memadai, agar dapat menjadi orang yang berharaga dan dipuji. Atau ada pula yang memilih untuk tidak perlu pendidikan tinggi cukup menjadi pekerja swasta atau ibu rumah tangga, mungkin itu pilihan terbaiknya untuk mendapat penghargaan dan pujian. Ada pula yang rela melakukan apa pun demi sebuat jabatan atau pekerjaan, salah satu alasannya adalah sebuah kehormatan / penghargaan dan pujian. Walaupun kita juga percaya mungkin ada alasan lain yang kuat.

Sejak kecil kita sudah memilik sifat ingin dipuji oleh ayah-ibu kita, kakak-kakak atau saudara kita. Sejak kecil kita sudah mencari cara supaya dihargai dan diperhatikan oleh orang-orang yang dekat dengan kita.

Namun kadang orang tua bisa lalai memberikan penghargaan dan pujian kepada anaknya yang hanya dapat membuat sebuah coretan yang tidak memilik arti baginya mungkin bagi anak itu sangat berarti, itu adalah karyanya. Kadang ketika anak menyanyikan lagu namun suaranya sumbang lalu sang ayah berkata “ah ga usahlah menyanyi karena suaramu ga enak di telinga papah.!” Dan akhirnya sang anak tidak berani lagi menyanyi karena takut dihina dan diledek oleh orang yang seharusnya ia hargai dan hormati.

Sangat sederhana, tetapi tidak mudah menjadi orang yang dapat enak dipandang dan manis didengar.

Rasul Paulus memberikan pemikiran yang luar biasa walau nampaknya sederhana dan biasa-biasa saja. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Bersukacita bukan sembarang bersukacita, bukan bersukacita diatas penderitaan orang lain, melainkan bersukacita di dalam Tuhan. Kebaikan hati kita itu bukan hanya dimulut atau dipikiran saja tetapi dinyatakan kepada orang lain di sekitar kita sehingga orang lain memang mengetahui dan membenarkan bahwa kita benar-benar baik. Bersyukur dan berdoa menyerahkan segala kehidupan kita akan menjadi solusi yang tepat untuk meluruskan jalan dan keinginan kita.

Kita ingin berharga dan berguna, bukan saja dalam pandang manusia tetapi juga dalam pandangan Allah. Kita ingin dipuji dan dimengerti, kita ingin yang baik-baik semua ada dalam hidup. Kita ingin yang enak dipandang dan manis didengar. Kita ingin bahagia dan hidup yang diberkati maka sebagaimana kata Amsal 3:1-8 : “Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, -- karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu. -- Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, -- maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia. -- Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. -- Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. -- Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; -- itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu.” AMIN.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalkan pesan/komentar selesai berkunjung di Renungan Harian Almanak Nas GKE ini.