ENAK DIPANDANG DAN MANIS DIDENGAR
Filipi 4 : 2 - 9
Oleh : Pdt. Sergius P. Tigoi, STh
Berpuluh
tahun yang silam di suatu jemaat yang cukup tua, berdirilah seorang
penasihat jemaat memberikan nasihatnya saat berita jemaat disampaikan
sebelum berakhirnya ibadah Minggu. Nasihatnya bla-bla-bla-bla….. cukup
panjang lebar, mungkin ada salah satu anggota pengurus yang lain merasa
tersinggung, sehingga sepulang dari ibadah itu, kira-kira berjarak
seratus meter, penasihat dan pengurus ini berkelahi, saling pukul
memukul, beberapa anggota jemaat yang lainnya melerai kedua orang tua
ini yang berkelahi. Beberapa anggota Majelis dan seorang hamba Tuhan
yang praktek di jemaat itu menjadi mediator untuk mendamaikan kedua
orang tua yang cukup lanjut usia malah pengurus jemaat lagi, dan
akhirnya perdamaian dapat dilaksanakan dengan baik.
Sungguh suatu pemandangan yang tidak mengenakkan dan menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Berpenampilan
menarik dan keren memang enak dipandang. Menyampaikan kata-kata yang
baik dan positif sangat enak dan manis didengar. Namun hal itu tidaklah
cukup hanya sampai disitu. Banyak orang bisa berpenampilan menarik,
excellent, tapi mungkin hanya sementara dan topeng semata. Dan banyak
juga orang yang pandai mengucapkan kata-kata manis, kata-kata bijak,
kata-kata yang dapat memberikan motivasi dan membangun. Tetapi hanya di
forum-forum resmi, sedangkan diluar atau di tempat lain kata-kata dan
pikirannya berbalik 180 derajat. Kita menginginkan penampilan dan hati
selaras dan kata-kata dan tindakan keluar dari hati yang murni dan dapat
terwujud nyata, dapat dirasakan dan berguna bagi orang lain.
Hidup
ini memang unik dan menarik untuk dipelajari dan dimengerti. Manusia
memang mahluk yang unik dan menarik. Apakah manusia tidak kurang
pendidikan dan pengalaman? Dari dahulu kala peradaban manusia terus
berubah dan berkembang. Kemajuan dunia pendidikan dan dunia teknologi
sudah tidak dapat dibahas lagi. Tapi mengapa kadang kita jujur mengakui
bahwa pendahulu kita yang kita anggap ketinggalan zaman lebih bijak dan
dapat menjadi pedoman dalam hidup kita kini?
Sebenarnya
hal sederhana saja yang manusia ini perlukan dalam kehidupan ini yaitu
merasa bahagia dan dapat menyatakan kebahagiaan itu bagi orang lain.
Semua
orang pada hakikatnya “ingin dipuji” dan “ingin dihargai”. Mengapa
orang memilih untuk sekolah tinggi, tentu untuk mendapat pengahargaan
dan pujian. Mengapa orang harus mencari harta yang minimal memadai, agar
dapat menjadi orang yang berharaga dan dipuji. Atau ada pula yang
memilih untuk tidak perlu pendidikan tinggi cukup menjadi pekerja swasta
atau ibu rumah tangga, mungkin itu pilihan terbaiknya untuk mendapat
penghargaan dan pujian. Ada pula yang rela melakukan apa pun demi sebuat
jabatan atau pekerjaan, salah satu alasannya adalah sebuah kehormatan /
penghargaan dan pujian. Walaupun kita juga percaya mungkin ada alasan
lain yang kuat.
Sejak
kecil kita sudah memilik sifat ingin dipuji oleh ayah-ibu kita,
kakak-kakak atau saudara kita. Sejak kecil kita sudah mencari cara
supaya dihargai dan diperhatikan oleh orang-orang yang dekat dengan
kita.
Namun
kadang orang tua bisa lalai memberikan penghargaan dan pujian kepada
anaknya yang hanya dapat membuat sebuah coretan yang tidak memilik arti
baginya mungkin bagi anak itu sangat berarti, itu adalah karyanya.
Kadang ketika anak menyanyikan lagu namun suaranya sumbang lalu sang
ayah berkata “ah ga usahlah menyanyi karena suaramu ga enak di telinga
papah.!” Dan akhirnya sang anak tidak berani lagi menyanyi karena takut
dihina dan diledek oleh orang yang seharusnya ia hargai dan hormati.
Sangat sederhana, tetapi tidak mudah menjadi orang yang dapat enak dipandang dan manis didengar.
Rasul
Paulus memberikan pemikiran yang luar biasa walau nampaknya sederhana
dan biasa-biasa saja. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!
Bersukacita bukan sembarang bersukacita, bukan bersukacita diatas
penderitaan orang lain, melainkan bersukacita di dalam Tuhan. Kebaikan
hati kita itu bukan hanya dimulut atau dipikiran saja tetapi dinyatakan
kepada orang lain di sekitar kita sehingga orang lain memang mengetahui
dan membenarkan bahwa kita benar-benar baik. Bersyukur dan berdoa
menyerahkan segala kehidupan kita akan menjadi solusi yang tepat untuk
meluruskan jalan dan keinginan kita.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan/komentar selesai berkunjung di Renungan Harian Almanak Nas GKE ini.