Kamis, 3 Oktober 2013
MASIH ADAKAH WAKTU DAN KESEMPATAN ???
Yehezkiel 33:1-20
Oleh : Pdt. Telhalia G.Ambung, MTh.
Ada
anggapan bahwa tidak ada waktu dan kesempatan bagi orang jahat untuk
bertobat dari segala kejahatannya, sekalipun itu ayah-anak, suami-istri,
kakak-adik, teman, sahabat apalagi orang lain yang tidak ada hubungan
apa-apa dengan kita. Sejauh ini mungkin saja pernyataan ini ada benarnya
apa bila orang yang melakukan kejahatan diabaikan atau dibiarkan begitu
saja alias tidak pernah ditegur atau dinasehati oleh siapapun. Artinya
hidup kita dan mereka ada pembatas yang tidak boleh bersentuhan sama
sekali, dalam hal ini kita benar dan suci sehingga tidak mau berbicara,
tidak pernah mau menegur atau menasehati orang yang seharusnya
memerlukan pertolongan agar dia menyadari kesalahannya dan bertobat.
Berbeda
dengan cara pandang manusia, justru Allah selalu menginginkan setiap
orang untuk bertobat dan selalu ada waktu dan kesempatan untuk itu
sepanjang manusia masih bernafas….katakanlah kepada mereka : “demi aku
yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah, Aku tidak berkenan kepada
kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang
fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup….(lih ay 11). Dari perkataan
Allah ini, dapat disimpulkan betapa Allah begitu sangat mengasihi
umatNya. Sekalipun manusia telah berbuat jahat atau dosa, namun semua
itu tidak pernah diperhitungkanNya kembali jika manusia bertobat dari
segala kejahatan dan hidup benar menurut kehendakNya. Allah menghendaki
kehidupan kita sekarang dan ke depan bukan kehidupan ke belakang atau
masa lalu seseorang. Sebab hal terpenting adalah pembaharuan hidup atau
hidup baru di dalam Tuhan (bnd. Kehidupan dan pertobatan Paulus).
Dalam
kenyataan hidup manusia, pertobatan tidak serta merta terjadi begitu
saja. Perlu waktu dan proses yang terkadang bisa cepat atau lambat.
Allah menggunakan bermacam cara agar manusia bertobat. Salah satunya
melalui sesorang yang ditugaskan untuk itu. Dan dalam rangka memenuhi
kehendak Allah, maka Yehezkiel di beri tugas yang sangat berat. Ia
diberi tanggung jawab sebagai penjaga Israel dengan cara memperigatkan
mereka agar mereka bertobat dan tidak lagi melakukan kejahatan.
Konsekuensi dari tugas ini ada dua, yaitu jika tidak melaksanakan
tugasnya maka Yehezkiel akan mati, dan jika bangsa itu tidak mau
mendengar maka umat itu yang akan binasa (ay 7-9). Apapun resiko atau
hasil akhir dari tugas Yehezkiel, intinya ia tetap harus menjalankan
tugasnya dengan sebaik-baiknya. Sungguh mengerikan bukan ? Yehezkiel
maupun umat Israel sama-sama menanggung akibatnya, apabila mereka tidak
mendengar dan melakukan perintah Allah.
Jadi
apa yang dikehendaki Allah terhadap umat-Nya adalah mendengarkan-Nya
dan melakukan perintah-Nya. Bukankah sebagai orang tua, kitapun merasa
sangat bahagia, ketika anak yang kita kasihi mau mendengar dan melakukan
apa yang kita inginkan ? dan bukankah pada umumnya setiap orang tua
menghendaki kehidupan anak-anaknya berbahagia dan baik-baik saja ?
demikian juga Allah kita. Pada saat Allah berseru agar umat Israel
bertobat merupakan bentuk kasih setia Allah yang besar kepada umat-Nya,
agar mereka tidak binasa. Dan kasih yang sempurna telah dibuktikan-Nya
di dalam Tuhan Yesus yang mau berkorban mati di kayu salib agar kita
tidak binasa melainkan memperolah hidup kekal. Imanuel, Amin.
Diposkan Oleh Admin Renungan Harian Almanak Nas GKE
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan/komentar selesai berkunjung di Renungan Harian Almanak Nas GKE ini.